6.28.2009

INDIAN TERRITORY

indian territory

HARIMAU YG MELINTASI LANGIT


Suku Shawnee semakin terdesak dari tanah perburuan mereka karena semakin banyaknya pendatang Amerika Serikat ke dataran apalachians. Mereka telah berperang dengan kulit putih pendatang selama puluhan tahun. In the Independent day of US, awalnya kaum Shawnee ingin tetap netral tetapi agresi Amerika Serikat memaksa mereka bersekutu dengan Inggris. Seorang Indian kecil yang baru berusia 15 tahun merasakan perang pertamanya dalam milisi kentucky yang telah menyeberang Ohai dan menyerang perkampungan Shawnee. Indian muda merasa bingung dalam pertumpahan darah, dan melarikan diri dalam medan perang. Itulah satu-satunya saat dalam hidupnya ketika keberanian meninggalkannya. Pada perang selanjutnya, ketika orang Shawnee menyerang sebuah awak kapal di sungai ohio. Semua kecuali seorang kru terbunuh. Satu orang yang masih hidup ini diseret ke pantai dan dibakar. Kekejian menorehkan luka mendalam pada diri Indian kecil, yang meskipun terlalu muda untuk turun tangan membatu korban, mengingkari pembunuhan ini dan bersumpah bahwa dirinya tidak akan pernah tinggal diam menghadapi ketidakadilan seperti itu.
Sejak lahir ia telah dibesarkan untuk menjadi pejuang dan musuh yang tak pernah menyerah terhadap orang kulit putih. Ia akan hidup dan mati dalam mempertahankan tanah orang indian dari keinginan yang tiada pernah terpuaskan dari pendatang amerika. Dalam perjalanan perjuangannya, ia menjadi pemimpin indian terbesar di zamannya. Banyak orang, termasuk orang Amerika Serikat yang melawannya menganggap ia merupakan komandan perang terbesar sepanjang zaman.
Ia anak kelima dan putra ketiga dari kepala suku Shawnee, Puckeshinwa dan istrinya Methoataske. Pada tahu 1768 saat kelahirannya di dekat Springfield, Ohio, Sebuah komet melintasi langit malam, sebuah tanda bahwa bayi ini dilahirkan untuk hal-hal besar. Puckeshinwa memberinya nama harimau yang melintasi langit, “Tecumseh”. Namun Sang ayah jatuh dalam perang melawan milisi di bawah komando gubernur inggris di virginia, Lord Dunmore, di medan perang Point Pleasan jauh sebelum ia dapat melihat keagungan putranya. Puckeshinwa meninggalkan enam anak dan seorang istri yang sedang mengandung bayi kembar tiga yang salah satunya meninggal ketika masih bayi. Sang ibu, Methoataske meninggalkan desa dengan putri terkecilnya kembali ke kaumnya sendiri, suku Creek. Anak-anaknya ditinggal dalam pengasuhan putri tertuanya yang sudah menikah, Tecumpease.
Perjanjian mengakhiri Perang revolusi Amerika Serikat tidak mendatangkan kedamaian di Ohio. Suku Shawnee terus bertahan terhadap ekspansi ke barat dari bangsa baru Amerika Serikat. Tecumseh dibesarkan oleh kakak yang juga menjadi inspirasinya untuk lebih memilih mati dari pada kehilangan kehormatan. Chiksika, putra tertua Puckeshinwa telah berjanji untuk menjaga Tecumseh pada saat kematian ayanhnya. Ia mengajarinya berburu, menangkap ikan, dan keterampilan berperang.
Ketika Amerika Serikat menekan dengan klaim-klaim baru pada tanah-tanah Shawnee di utara sungai Ohio, pejuang2 Shawnee tertarik kepada kepemimpinan perang militan muda seperti Chiksika yang di akhir 1780 memimpin sekelompok kecil pemberani ke selatan untuk menarik kerjasama dengan suku-suku lain melawan pendatang. Tecumseh masih sangat muda pergi berperang bersama kakaknya dan tidak kembali selama 3 tahun.
Pasukan Chiksika bergabung dengan para pejuang Cherokee, Pada musim panas 1788 mereka bersiap menyerang sebuah benteng kecil di timur Tennesse. Di pagi hari perang itu Chiksika mengumumkan dirinya telah bermimpi ia tidak akan berhasil dalam perang ini. Tetapi ramalan ini tidak berdampak pada keberaniannya. Ketika mereka maju menuju benteng, Chiksika terluka parah dan meninggal dalam pelukan Tecumseh. Pejuang Shawnee yang kecil hati menghentikan serangan dan segera kembali ke desa mereka di Ohio. Tecumseh menolak bergabung dan dengan sekelompok kecil pemberani ia melanjutkan serangan ke pendatang kulit putih di selatan.
Pada 1790 ketika kembali, ia menemukan sukunya telah pindah ke sudut barat Ohio dan timur laut Indiana berdesakan dengan beberapa suku Indian lain. Amerika serikat telah membangun sebuah benteng di cincinnati dan pada 1790 memaksa suku Shawnee dan suku Indian lainya menandatangani perjanjian damai untuk menyerahkan lebih banyak tanah. Ketika mereka menolak, gubernur barat laut memerintahkan pasukan tentara untuk memaksa mereka. Pasukan besar Shawnee, Miami, Chippewa, Potawatomi, dan Otawa menghancurkannya. Gubernur Arthur St. Clair memerintah pasukan lebih besar untuk membalas kekalahan itu. Tecumseh memimpin kepompok kecil orangnya untuk bergabung dalam perang yang siap pecah. Pasukan Amerika Serikat dikepung oleh gabungan suku Indian pimpinan kepala perang Miami, Little turtle, dan didorong oleh garnisun Inggris yang masih tertinggal. Enam ratus serdadu St. Clair terbunuh. Ini adalah kekalahan terburuk dari pasukan amerika serikat oleh Indian.
Ketika undang-undang dasar Amerika Serikat diberlakukan dan terpilihlah sebuah pemerintahan nasional yang kuat, Presiden Goerge washington menempatkan seorang veteran perang revolusi, Jendral Mad Anthony Wayne ke daerah barat laut untuk menundukkan kemenangan sekutu Indian. Pasukan Amerika Serikat yang bersenjata lebih lengkap menghadapi sisa-sisa sekutu Indian di dekat ujung timur danau Erie dalam perang Fallen Timbers yang merupakan kemenangan mutlak bagi Amerika Serikat. Tecumseh telah bertempur secara heroik yang kelak membuatnya terkenal. Tapi bagaimanapun kekalahan ini sangatlah pahit. Selama perang itulah ia bertemu dengan musuh terbesarnya, Letnan Muda Angkatan Darat Amerika Serikat willian Henry Harrison . kekalahan ini mengakibatkan lahirnya perjanjian FT. Greenville 1795 yang menyerahkan sebagian besar Ohio kepada Amerika Serikat. Sebagian kecil suku Shawnee menolak perjanjian dan mengikuti kepala sukunya, Black Hoof ke sebuah tanah yang ditunjuk bagi mereka. Sementara Tecumseh, dengan sisa-sisa anggota keluarganya mendirikan sendiri desanya.
Hanya sedikit waktu damai berlalu, kemudian para pendatang yang tidak puas melarang hak berburu suku Shawnee di tanah-tanah di bawah garis greenville, tetapi mengabaikan garis demarkasi untuk membangun tempat tinggal baru di utara garis. Keluhan tecumseh tidak didengar oleh pihak berwenang sehingga suku Indian mulai pindah lebih ke barat memasuki Indiana. Dalam perundingan dengan klan-klan Shawnee lain, mereka berpendapat hanya lewat pembentukan kembali suku Indian yang lebih besar mereka dapat menahan orang Amerika Serikat dan menjamin hak untuk hidup mandiri dan bermartabat.
Tecumseh menolak menerima kemalangannya sebagai sebuah kepastian, hal itu menarik perhatian Harrison sebagai halangan serius bagi ambisi Amerika Serikat untuk menguasai jutaan hektar tanah mereka. Terlepas dari pasang surut hidupnya, ketika ia telah melihat tiga desa rakyatnya dibakar, hidup meraka dihancurkan oleh kelaparan, alkohol dan kesulitan lain yang disebarkan oleh penakluk mereka, dan keluarganya dibunuh oleh pedang panjang. Dia tidak pernah jatuh dalam keputusasaan, ia menerima hidup ini dengan tabah dan berani. Ada sesuatu pada karakternya yang dapat menyingkirkan putus asa, dan di dalam hidup yang penuh tragedi ia menemukan sebuah alasan untuk bersyukur terhadap kenyataan bahwa ia bisa setia pada dirinya sendiri. Ia menganggap hidup ini karunia yang mustahil lenyap oleh penderitaan. Tetapi ide konfederasi Indian yang ia ajukan datang dari sumber yang mengejutkan.
Adiknya yang selalu dianggap buruk, Lalawethika, pada 1805 menyatakan telah menerima penglihatan dari Tuan Kehidupan bahwa ia ditugaskan untuk memimpin Shawnee melepaskan ketergantungan yang ditanamkan pendatang kulit putuh. Ia menyerukan agar suku Indian memurnikan diri dengan kembali ke tradisi-tradisi lama, dan menyatu dengan alam. Sejak saat itu namanya menjadi Tenskwatawa atau Pintu Terbuka, tetapi orang kulit putih mengenalnya sebagai Sang Nabi (The Prophet). Suatu ketika sang nabi meramalkan datangnya gerhana yang, yang berdampak sejumlah besar pejuang Shawnee dan suku lainnya terbujuk untuk bergabung dan memindahkan keluaraganya ke desa Tecumseh. Desa ini tumbuh semakin besar sehingga Tecumseh memindahkan pengikut mereka ke sebuah desa baru yang lebih besar di Indiana yang disebut Prophetstown.
Bersama adiknya ia mulai mengajak para pejuang mewujudkan perjuangan besar, perang terakhir terhadap musuh yang akan menentukan, sekali untuk selamanya, milik siapa negeri ini. Inilah sepenggal pidatonya kepada rakyatnya ketika ia menyiapkan perjuangan…
Jalani hidup tanpa rasa takut yang dapat menyelinap ke dalam hatimu. Jangan menyulitkan orang lain karena agamamu, hormati pandangan orang lain, dan tuntutlah mereka agar menghormati pandanganmu. Cintai hidupmu, sempurnakan hidupmu, perindah semua hal di dalam hidupmu. Usahakan agar hidupmu panjang dan bertujuan untuk melayani rakyatmu. Siapkanlah lagu kematian nan agung untuk suatu ketika engkau berjalan melewati pembatas agung. Selalu berikan kata atau tanda hormat ketika bertemu atau berpapasan dengan seorang teman, bahkan seorang asing, ketika berada ditempat yang sunyi. Tunjukkan hormat kepada semua orang dan jangan merendahkan diri kepada siapapun. Ketika engkau bangun di pagi hari bersyukurlah untuk makanan dan kegembiraan hidup. Bila engkau tidak melihat alasan untuk bersyukur, kesalahan terletak pada dirimu sendiri. Jangan melecehkan siapapun dan apapun, karena pelecehan membuat orang bijak menjadi bodoh, dan menggerogoti semangat pandangan ke depan. Ketika tiba waktumu untuk meninggal, janganlah seperti mereka yang hatinya dipenuhi rasa takut mati, sehingga ketika waktunya tiba, mereka menangis dan berdoa memohon sedikit lebih waktu untuk menjalani kembali hidup mereka dengan cara lain. Nyanyikanlah lagu kematianmu dan matilah seperti seorang pahlawan yang pulang ke rumah.
Tecumseh bepergian jauh untuk merekrut orang-orang Indian menjadi sekutu besarnya dan menyebutnya Dewan Tujuh Belas Api. Willian Henry Harrison khawatir dan memanggilnya untuk bertemu di ibukota federasi di Vincennes, Indiana. Tecumseh meyakinkan harrison bahwa ia tidak bermaksud memecah perdamaian, tetapi ia menolak tunduk pada pencurian tanah-tanah Indian. Kekerasan nyaris meledak pada pertemuan itu namun akhirnya mereka berpisah dalam keadaan lebih baik. Kedua pria itu tahu bahwa mereka akan menjadi musuh seumur hidup, tetapi mereka juga akan saling mneghormati. Kelak harrison mengomentari bahwa tecumseh adalah salah satu jenius langkah yang kadang-kadang muncul untuk mengakibatkan sebuah revolusi, dan menjungkirbalikkan tatanan yang ada. Jika tidak demi kepentingan Amerika Serikat, mungkin ia akan menjadi pendiri kekuasaan yang akan berjaya di Meksiko atau Peru.
Setelah pertemuan itu Tecumseh pergi ke selatan mengajak Cherokee dan Creek dalam perjuangannya. Ia digantikan adiknya Sang Nabi, dan saat itulah Harrison menyerang Prophetstown. Meskipun Tecumseh telah memperingati adiknya untuk tidak melakukan apa-apa sebelum ia kembali, namun adiknya memutuskan bahwa saat kejayaan sudah tiba. Para pejuang yang maju perang atas perintah sang nabi kalah total di sungai Tippecanoe. Prophetstown di bakar. Tecumseh kembali hanya untuk melihat bangsa Pan-Indiannya dihancurkan. Dengan marah ia menghadapi adiknya, “kamu telah menghancurkan hal yang telah dibangun selama bertahun-tahun.”
Hidup Tecumseh hanya berlangsung selama dua puluh tahun lagi. Ketika perang antara Amerika Serikat dan Inggris dimulai, Tecumseh menggabungkan pengikutnya ke bendera Inggris. Inggris menjadikannya jenderal. Ia mengalahkan tentara Amerika di Detriot dan Ft. Meigs. Namun ia gagal meyakinkan Procter untuk kembali dan menyelesaikan serangan ke FT. Meigs, bahkan ketika komandan Perry mengalahkan armada inggris di danau Erie, sedangkan pasukan Amerika Serikat di bawah komando Harrison mengejar tentara inggris dan indian yang mundur ke kanada.
Ketika akhirnya ia dapat meyakinkan perwira Inggris untuk menghadapi pasukan Amerika Serikat pada perang Thames, Ontario 1813, Procter dan prajurinya melarikan diri dari medan perang. Tecumseh dengan pedang dan jaket perwira Inggris-nya memimpin dalam pertempuran sengit. Ketika sebuah peluru meriam menghancurkan tungkai kaki kanannya, ia berkata kepada pejuang-pejuangnya untuk meninggalkan dia. Ia terus melawan sampai sekumpulan tentara Amerika Serikat mengepung dia. Ia menyanyikan lagu kematiannya dan meninggal seperti seorang pahlawan yang pulang ke rumah.
June 21, 2009
MSP.03-143.RJ
Dikutip dari Character is Destiny, John Mccain & Mark Salter